Selasa, 28 September 2010

Lelah

   Tahukah kau bahwa aku begitu lelah? Aku begitu lelah untuk menunggumu. Kapan kau akan datang dan menyematkan cincin itu di jariku? Sedangkan bilangan umurku setiap hari semakin bertambah.

Senin, 27 September 2010

Seorang Pria Muda

   Aku menyipitkan mata karena silaunya cahaya matahari yang memantul lewat kaca-kaca mobil dan lewat genangan air sisa hujan semalam. Saat iring-iringan mobil telah berlalu, aku melangkah untuk menyeberang. Namun seseorang mencengkeram lengan kiriku.
   "Maya.."
   Kurasa dia tidak benar-benar memanggilku karena itu bukan namaku. Namun cengkeramannya makin kuat, jadi aku memutuskan untuk berbalik.
   Tangan itu ternyata milik seorang pria muda yang kurasa usianya tak lebih dari 30 tahun. namun aku tidak mengenalnya.
   "Maya, jangan pergi."
   Wajahnya mengiba dan matanya mengisyaratkan kepedihan yang mendalam. Tapi, aku harus mengatakannya juga.
   "Maaf, sepertinya anda salah orang."
   "Kumohon, jangan mengelak, Maya."
   Dan aku hampir saja berniat untuk berontak saat kemudian muncul dua orang perawat dan seorang wanita separo baya yang datang menghampiri kami.
   Dua perawat tadi dengan cekatan segera mengurus si pria muda, sedangkan wanita separo baya itu mendekatiku dengan raut muka penuh penyesalan.
   "Maafkan putra saya. Jiwanya agak terganggu."
   "Oh!" Aku merasa iba mendengarnya.
   "Sekali lagi, tolong maafkan dia." Dan wanita itupun kemudian berlalu menuju putranya.
   Sebelum menyeberang, aku menatap pria muda itu lagi, dan ternyata dia juga sedang menatapku.
   Ah, sejujurnya dia adalah pria yang sangat tampan.

Pembunuh Tak Terbunuh

   Sejatinya aku adalah seorang pembunuh. Sungguh-sungguh pembunuh berdarah dingin. Aku bahkan tidak perlu menggunakan senjata karena aku dapat membunuh dengan begitu mudah. Dan korbanpun berjatuhan.
   Aku adalah pembunuh ibuku karena ia telah melahirkanku dengan susah payah, sehingga ia kehilangan banyak darah.
   Aku adalah pembunuh kakekku karena aku telah meninggalkan pria tua dan lemah itu sendirian di rumah, sehingga tak ada yang menolongnya saat ia terpeleset dari tangga.
   Aku adalah pembunuh adik kecilku karena aku terlambat menjemputnya dari sekolah, sehingga ia nekat menyeberang jalan raya sendirian.
   Aku adalah pembunuh nenekku karena aku telah mengabarkan kematian cucu kesayangannya, sehingga ia terserang penyakit jantung.
   Dan aku adalah pembunuh ayahku karena ia telah menyimpulkan bahwa aku adalah penyebab kematian orang-orang yang dicintainya, sehingga ia kalut dan menenggak begitu banyak obat tidur.
   Sayangnya, sangat sulit untuk membunuh diriku sendiri. Ada saja yang dapat menghalangiku. Kini aku sedang menunggu waktu yang tepat.

Keterlambatan

   Aku menatap jam tanganku untuk kesekian kalinya. Pukul 15.42 WIB. Seharusnya dia sudah ada di sini beberapa menit yang lalu, tapi dia tak kunjung datang. Aku tahu kalau dia sering terlambat, tapi biasanya tidak lebih dari 10 menit. Sedangkan sekarang sudah lebih dari setengah jam. Akupun kembali mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Dan aku gembira saat melihatnya datang. Dia menghampiriku dengan tergopoh-gopoh.
   "Maaf, aku sangat terlambat. Hari ini kekasihku kembali dari luar kota. Jadi aku menemuinya terlebih dahulu."
   Dan hatikupun hancur berkeping-keping.

Frustasi

   Aku membolak-balik halaman buku ini berkali-kali dengan gelisah. Mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikiranku. Tapi aku tidak juga menemukan apa yang kucari. Maka kututup buku tebal itu dengan keras dan kubanting ke meja. kemudian aku keluar dari perpustakaan dengan diiringi tatapan heran pengunjung lainnya.
   Sungguh, seumur hidupku, aku belum pernah merasa sefrustasi ini.

Sang Penari

   Di luar, aku menatapmu tanpa berkedip. Kau begitu anggun dalam sholatmu. Kau tidak seperti seorang hamba yang sedang menghadap sang Penciptanya. Kau lebih seperti seorang penari yang tengah menari dengan begitu gemulai. Ingin sekali aku berada di dekatmu dan menari bersamamu. Tapi, bahkan kaupun juga tahu, aku tidak mungkin masuk ke dalam masjid ini.